by Fajar Burnama
Dakwah adalah amanah yang sangat besar,
yang tidak akan mampu dipikul kecuali oleh orang-orang yang mendapat taufik dan
pertolongan dari Allah AWT. Sehingga, mereka menjadi manusia yang paling baik
perkataan dan perbuatannya.[1]
Seruan dakwah kepada agama Allah seyogianya dilakukan dengan metode dan
cara-cara yang telah disyari’atkan dan diperbolehkan dalam agama, serta
menggunakan ide-ide yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Sekarang ini, aktivitas dakwah sangat dimudahkan dengan adanya berbagai sarana modern serta instrumen-instrumen yang dapat digunakan. Hal ini tiada lain merupakan buah dari revolusi industri, sains, dan aktivitas pers yang terus berkembang di berbagai aspek publik. Semua sarana dan fasilitas ini telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para da’i dalam menyebarkan dakwah kepada masyarakat.[2]
Sekarang ini, aktivitas dakwah sangat dimudahkan dengan adanya berbagai sarana modern serta instrumen-instrumen yang dapat digunakan. Hal ini tiada lain merupakan buah dari revolusi industri, sains, dan aktivitas pers yang terus berkembang di berbagai aspek publik. Semua sarana dan fasilitas ini telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para da’i dalam menyebarkan dakwah kepada masyarakat.[2]
Berikut ini prinsip dakwah Nabi Muhammad saw,[3]
yang juga menjadi faktor keberhasilan
dakwah beliau SAW, :
1)
Mengetahui keadaan medan (mad’u),
melalui penelitian, dan perenungan
2)
Melalui perencanaan
pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat
3)
Bertahap, diawali dengan
cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah
‘alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat
secara umum
4)
Melalui cara dan strategi
hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk meraih situasi yang lebih
positif
5)
Melalui syiar ajaran dan
pranata Islam, antara lain melalui khutbah, adzan, iqamah, dan shalat
berjamaah, ta’awun, zakat, dll
6)
Melalui musyawarah dan
kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir,
Bani Quraidzah, dan Bani Quinuqa
7)
Melalui cara dan tindakan
yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai
8)
Melalui nilai-nilai
kemanusiaan, kebebasan, dan pengertian
9) Menggunakan bahasa kaumnya
(bilisani qaumihim), melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakatnya (‘ala
qadri uqulihim)
10) Melalui surat, sebagaimana telah dikirimkan kepada
penguasa-penguasa
11) Melalui uswah hasanah dan syuhada ‘alannaas, dan
melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib)
Menurut Syaikh Al-Qardhawi, yang
dikutip oleh Syaikh Akram Kassab dari kitab Tsaqah Ad-Daiyah, “Dakwah
adalah mengajak keadaan Islam, mengikuti petunjuk-Nya, mengokohkan manhaj-Nya
di muka bumi, beribadah kepada-Nya, memohon pertolongan dan taat hanya
kepada-Nya, melepaskan diri dari semua ketaatan kepada selain-Nya, membenarkan
apa yang dibenarkan oleh-Nya, menyalahkan apa yang disalahkan-Nya, menyuruh
kepada yang makruf, mencegah yang mungkar, dan berjihad di jalan Allah, atau
dengan kata lain yang lebih singkat, berdakwah kepada Islam secara khusus dan
sepenuhnya, tanpa balasan dan imbalan”.[4]
Perhatikan Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 110 :
Artinya: "Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”[5]
[1] Abdullah Ahmad
al-‘Allaf, 1001 Cara Berdakwah, Sukses Berdakwah Kapan pun dan Dimana pun, (Surakarta:
Ziyad Visi Media, 2008), hlm. 6.
[2] Ibid., hlm. 10.
[3] Asep Muhyidin dan Agus
Ahmad Syafe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2002),
hlm. 109-110.
[4] Syaikh Akram Kassab, Metode
Dakwah Yusuf Al-Qardhawi, terj. Muhyidin Mas Ridha (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2010), hlm. 2.
[5] Departemen Agama RI, op.cit.,
hlm. 50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar